Beranda

Navigation Menu

Merintis Kampung Digital Lewat Kearifan Zakat



Kemiskinan masih menjadi momok kita bersama. Per Maret 2018, data BPS menunjukkan bahwa masih terdapat 25,95 juta saudara kita yang hidup di bawah garis kemiskinan. Meski membaik dibandingkan dengan rilis sebelumnya, namun jumlah penduduk miskin Indonesia ternyata masih menempati peringkat pertama di Asia setelah India (218 juta orang) dan Tiongkok (25,1 juta orang).
Jika ditilik lebih lanjut, sumber kemiskinan kita bukanlah berasal dari kota. Sebanyak 61 persen (15,80 juta) penduduk miskin bermukim di daerah pedesaan. Uniknya, Gini Ratio di desa malah semakin meningkat sejak dua tahun terakhir. Yakni dari 0,316 pada September 2016 menjadi 0,324 pada Maret 2018. Artinya, ketimpangan antara warga kaya dan miskin di desa semakin melebar.

Banyak cara yang dapat ditempuh untuk mengentaskan kemiskinan di desa, salah satunya dengan zakat. Dengan 220 juta penduduk yang memeluk agama Islam, maka potensi zakat di Indonesia sejatinya sangatlah besar. Sebab, menunaikan zakat adalah kewajiban bagi umat muslim yang telah memenuhi syarat.
Gairah umat muslim Indonesia dalam berzakat sangatlah besar. Badan Amil Zakat Nasional (Baznas) membabarkan bahwa pada medio 2002—2017, dana Zakat, Infak, dan Sedekah (ZIS) yang berhasil dikumpulkan telah mencapai Rp6,2 triliun. Rata-rata pertumbuhan per tahunnya pun sangat menggembirakan, yakni mencapai 38,02 persen.
Oleh karena itu, distribusi zakat yang benar dan tepat sasaran menjadi kunci keberhasilan ikhtiar menumpas kemiskinan. Selain untuk memenuhi kebutuhan pokok, zakat harus disalurkan pula untuk kegiatan produktif. Secara syariat, hal ini dibolehkan melalui fatwa yang ditetapkan oleh Majelis Ulama Indonesia (MUI) pada 2 Februari 1982.
Zakat produktif yang disalurkan juga harus mengikuti perkembangan zaman. Jikalau pengumpulan zakat dari para muzakki saja telah on-line, maka kita pun harus membina para mustahiq agar melek teknologi. Supaya usaha rintisan desa yang dibentuk dari zakat bernilai tambah, laku di pasaran, tidak ketinggalan zaman, dan urun sirna dalam hitungan bulan. Ingat, untuk menembus pasar milenial, maka mustahiq haruslah bermental digital.
Berkaca dari uraian di atas, maka penulis menyarankan sebuah program pemberdayaan masyarakat desa berbasis zakat yang dinamakan dengan “Kampung Digital”. Esai ini akan menguraikan apa dan bagaimana konsep Kampung Digital tersebut. Harapannya dapat menjadi masukan bagi para Lembaga Amil Zakat (LAZ) dalam menuntaskan kemiskinan di Indonesia.

Kampung Digital

Kampung Digital merupakan pemberdayaan warga miskin desa lewat dana zakat yang berbasis kearifan lokal. Mengapa? Karena setiap desa memiliki karakteristik masing-masing. Misalnya Pekalongan dengan batiknya, Bali dengan pariwisatanya, Jogjakarta dengan kulinernya, atau Malang dengan peternakan sapinya.
Oleh karena itu, ada lima elemen yang wajib ada di Kampung Digital. Empat elemen bersifat primer, tergantung dari keunggulan yang dimiliki oleh masing-masing desa, yakni (i) Pertanian/Peternakan; (ii) Kuliner Lokal; (iii) Karya Kreatif; dan (iv) Pariwisata. Satu elemen sisanya bersifat pendukung, yakni Pemasaran/Promosi Digital.


Pertama, pertanian/peternakan. Dana zakat disalurkan dalam bentuk skema modal usaha. Bisa dalam bentuk uang tunai, maupun bantuan sarana produksi pertanian (saprotan) atau hewan ternak. Namun demikian, jenis yang terakhir sebaiknya lebih diutamakan agar para mustahiq berkesempatan untuk berikhtiar lewat tangannya sendiri.
Kedua, kuliner lokal. Sama seperti yang pertama, dana zakat disalurkan dalam bentuk modal usaha. Melalui kuliner lokal, maka dana zakat diharapkan dapat memberdayakan wanita produktif yang memiliki keahlian dalam meracik masakan. Produk kuliner lokal juga dapat memanfaatkan hasil produksi pertanian/peternakan di desa.
Ketiga, karya kreatif. Selain digunakan untuk kegiatan produktif, dana zakat juga diberikan bagi warga miskin yang mempunyai keahlian seni produktif. Misalnya mendesain dan menjahit pakaian, melukis, menulis buku, dan sebagainya. Pada elemen ini, dana zakat disalurkan dalam bentuk pelatihan.
Keempat, pariwisata. Bila desa memiliki potensi pariwisata, maka hal ini bisa menjadi sasaran dari program pemberdayaan masyarakat. Wisata alam misalnya. Dana zakat dapat disalurkan dalam bentuk pembangunan sarana dan prasarana wisata, infrastruktur penunjang, dan biaya operasional.
Terakhir, Pemasaran/Promosi Digital. Elemen ini sejatinya merupakan “nyawa” dari sebuah Kampung Digital. Keempat elemen yakni, pertanian/peternakan, kuliner lokal, karya kreatif, dan pariwisata, wajib dipasarkan dengan menggunakan teknologi digital. Bukan lagi dengan cara yang lama atau jadul. Agar keempat usaha produktif tadi mampu bernilai tambah dan bersaing di tengah ketatnya tantangan industri digital. Ini menjadi tugas generasi milenial desa.
Oleh karena itu, dana zakat disalurkan dalam bentuk pelatihan pemanfaatan perangkat teknologi yang sesuai dengan kebutuhan. Misalnya teknik fotografi, olah gambar, desain grafis, video kreatif, pembuatan website, hingga blog. Berbagai pelatihan digital tersebut akan digunakan untuk mempromosikan produk/jasa keempat elemen sebelumnya.
Sebagai contoh, misalnya pemasaran Sate Buntel (produk kuliner) di Desa Pucangsawit, Solo. Promosi dilakukan di Instagram dengan foto ala food photography ciamik. Ulasannya ditulis di blog, dan live review-nya ditayangkan melalui channel YouTube. Menarik, bukan?

Penutup

Kampung Digital bukan hanya sebuah konsep untuk memberdayakan warga desa. Lebih dari itu, pembentukan Kampung Digital lewat zakat merupakan jalan keluar bagi warga miskin untuk keluar dari jerat kemiskinan dengan memanfaatkan teknologi.
Ingat, bukankah Nabi Muhammad SAW pernah memberi kapak kepada seorang sahabat untuk mencari rezekinya sendiri? Pada era milenial, kapak itu kini telah berubah bentuk menjadi gawai digital.
***
Esai ini diikutsertakan dalam Lomba Esai “Inovasi Pemberdayaan Masyarakat Berbasis Zakat di Era Milenial” yang diselenggarakan oleh Forum Zakat, dan berhasil meraih Juara 1.


4 comments:

  1. Wah sangat inspiratif dan menginovasi sekali kak, terima kasih informasinya.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Alhamdulillah. Semoga bermanfaat ya, Kak. Terima kasih sudah repot-repot ke mari. Salam hangat.

      Delete
  2. Zakat akan membuat kita semakin kaya, bener gak Mas ?

    ReplyDelete
    Replies
    1. Janji Allah seperti itu, dan tidak ada janji yang lebih benar kecuali dari Sang Pencipta.

      Terima kasih sudah mampir, Mas. Salam hangat.

      Delete